Masih
ingat, di tahun-tahun 70 – 90 an, sekian banyak koran, TV dan media
massa lainnya, yang suka banget ngasih judul berita yg bikin jengkel. Di
puncak gn anu, terjadi kebakaran, yang diduga akibat sekelompok Pecinta
Alam yang lupa mematikan api unggun. Lain lagi, kebakaran hutan akibat
lupa membuang puntung rokok menyala.
Lalu hutan yang mulai rusak karena terlalu sering di jelajahi. Tebing
tebing alam yang kotor karena coret moret cat. Belum lagi jika ada yg
tersesat dan mati di gunung, bikin repot semua orang saja …. Semuanya
menunjuk pada ulah para Pecinta Alam.
Bikin gerah memang. Jika kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba, sudah jelas seperti apa. Lalu binatang apakah ?, mahluk semacam apa sang Pecinta Alam ini ?. Ambil buku panduan dari dep pendidikan, munculah definisi, Pecinta alam adalah … bla bla bla. Ambil buku dari orang kehutanan, muncul definisi bahwa PA adalah …bla bla bla ….. Semua mereka mencoba mendefinisikan apa itu PA, kecuali definisi dari para pegiatnya sendiri. Jadi muncullah keanehan bin kegamangan. Orang lain sibuk mendefinisikan PA, namun yang didefinisikan cuma ketar ketir, planga-plongo, cengengesan, ngangguk sana ngangguk sini persis burung beo… uuuh cape deh !!!.
Stop, rasanya kami para pecinta alam, bukan mahluk seperti semua gambaran diatas itu. Pecinta alam dituntut untuk lebih berani “keluar” seraya medefinisikan siapa diri yang sesungguhnya. Intinya harus ada keberanian untuk menarik “benang merah”, mana Pecinta Alam dan yang bukan. Harus ada pembeda yang jelas, antara Pecinta alam, dengan penikmat, petualang, pemerhati, perusak, pembalak, dan pe-pe-pe lainnya, yang sekedar mirip namun bukan mahluk yang sama
Pada kongres ke II, FK Keluarga Besar Pecinta Alam se Bandung Raya th 2002, anak-anak Bandung mulai melakukan “Resection”. Dalam peta aktifitas anak negeri, Pecinta Alam harus menentukan dimana letak “plot” nya, sesuai dengan kejelasan peran dan fungsinya. Tepatnya di komisi D, setelah berdiskusi dan berdebat alot berhari-hari, maka munculah definisi PA menurut PA sendiri, yang setidaknya diakui oleh para anggota FK KBPA BR sampai saat ini.
Definisi PA yang tersusun sbb :
“PECINTA ALAM ADALAH SEKELOMPOK MANUSIA, YANG BERTAKWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, TERDIDIK , BERTANGGUNG JAWAB, SERTA BERTUJUAN UNTUK MENJAGA DAN MEMELIHARA ALAM“
Penjelasan singkatnya sbb :
- SEKELOMPOK MANUSIA, Dalam pengertian tergabung dalam organisasi, sebuah kumpulan manusia yang mengacu pada kesamaan nilai. Artinya pecinta Alam bukan bersifat individual. Organisasi yang mengacu pada kriteria sistemik sebuah organisasi, seperti struktur dan fungsi, demikian pula adanya visi dan missi, serta kebutuhan AD dan ART nya. Sekalipun bisa saja bersifat minimum karena adanya keterbatasan. Dengan adanya organisasi, maka tindak tanduk seorang anggota lebih mudah untuk di evaluasi dan di koordinasikan, termasuk adanya sistem sangsi dan hukuman, ketika melanggar aturan organisasi. Organisasi PA pun, secara etis harus tunduk dan menginduk pada Kode Etik Pecinta Alam yang di bidani pada gladian IV di Makassar th 1974.
- BERTAKWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA. Konsep takwa bukan hanya dilihat dari menjauhi larangan Nya, dan melakukan perintah Nya, namun lebih jauh lagi pada konteks “senantiasa memelihara hubungan dengan Nya”. Artinya apapun yang kita lakukan, bukan mengacu pada sesuatu yang bersifat duniawi belaka, namun terlebih lagi sebagai ladang amal. Konsep semata karena Allah, keiklasan dan kepasrahan untuk bekal bagi kehidupan abadi kelak. Dari sisi ini pula, maka dalam setiap aspek “memelihara” hubungan, maka akan selalu dibutuhkan seperangkat keilmuan dan basis-basis ketrampilan tertentu. Seperti untuk memelihara bayi, maka dibutuhkan ilmu tentang bayi. Bahkan untuk memelihara perdamaian, sering dibutuhkan ilmu dan ketrampilan untuk berperang.
- TERDIDIK. Konsep memelihara dan adanya kebutuhan pembekalan keilmuan, dijabarkan dalam konsep pendidikan dan pelatihan, yaitu adanya program pelatihan dasar ( diklatdas) bagi Pecinta Alam. Pendidikan akan selalui menyertakan doktrin tentang sistem dan tata nilai (softskills). Sedangkan pelatihan merupakan ajang untuk mengasah ilmu dan ketrampilan ( hardskills ). Hal ini pula yang menjadi pembeda antara PA dengan kelompok lain yang mirip dengan PA, yaitu adanya sistem penerimaan anggota baru, dengan terlebih dahulu mengikuti diklatdas yang telah terprogram, dimana bekal nilai, ilmu serta ketrampilan diberikan.
- BERTANGGUNG-JAWAB. Cinta dan komitmen, Bertanggung jawab dalam pengertian yang paling mendasar adalah melakukan apa yang menjadi komitmennya, secara konsisten dan konsekwen. Dihubungkan dengan konsep cinta, yang setidaknya harus memiliki kualitas-kualitas : ketertarikan secara fisik-gairah-passion, adanya rasa intim – kedekatan –percaya, dan komitmen, atau siap bertanggung jawab serta rela berkorban dengan dengan seluruh resikonya, sebagai sebuah konsekwensi logis dari apa yang diyakininya.
- BERTUJUAN. Dalam hal ini organisasi dan individu anggotanya, terikat oleh sebuah tujuan bersama yaitu azas "memberi manfaat bagi sekitarnya", sesuai dengan konsep pemeranan serta fungsi dirinya. Pemeranan adalah sebuah tugas yang diamanahkan pihak lain pada kita. Sementara fungsi merupakan penjabaran dari jati diri. Sederhananya, peran adalah kita kata orang lain, sedangkan fungsi adalah kita menurut kita sendiri. Namun peran dan fungsi itu, senantiasa dalam koridor kode etik Pecinta Alam.
- MENJAGA. Menjaga lebih bersifat macho, dimana unsur kelelakian lebih didahulukan. Seperti menggunakan logika, objektif, empirisme serta daya analisa keilmuan. Menjaga juga lebih cenderung diluar objek yang dijaga. Seperti menjaga rumah dan kampung oleh ronda malam. Mereka berada diluar rumah, untuk menjaga yang berada didalam rumah.
- MEMELIHARA. Memelihara lebih ke pendekatan feminis, mengedepankan nuansa rasa subjektif, intuisi, nilai integratif, sintesa dan tentu saja ekologis. Memelihara lebih masuk kedalam objeknya sendiri, seraya merasakan langsung pengalaman realitasnya ( immersion atau ekspidensial learning ). Layaknya seorang ibu yang memelihara rumah dengan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rutin dirumah.
- ALAM. Alam saat ini lebih sering dipandang sebagai objek luar, sebuah habitat bagi mahluk hidup. Alam atau kosmos dalam berbagai tingkatannya, dari mikro ke makro sampai ke complex cosmos dilihat sebagai bagian inheren dari manusia sendiri. Dalam pengertian alam itu termasuk manusianya sendiri sebagai bagian integral, atau sub-domain dari domain raksasa alam semesta secara keseluruhan. Karena alam termasuk diri kita sendiri, maka mencintai alam haruslah mengambil modal dan model dari cinta diri, sebagai titik referensi awalnya. Sehingga tidaklah mungkin seseorang menjadi pecinta alam, jika dia sendiri tidak mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu. Cinta diri bukan mengasihani diri, sehingga cenderung menjadi cengeng. Namun sebuah kesadaran untuk terus memperbaiki diri, agar menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi sekelilingnya. Sebaliknya merusak alam, menjadi pertanda orang tadi menjadi fatalis, seraya menghancurkan dirinya secara perlahan lahan ( bentuk benci diri dibawah sadar).
Diatas, Sebuah gambaran singkat, tentang usaha dan ikhtiar bersama, guna menjelaskan tentang apa dan siapa kita, serta dimana kita berada saat ini, dalam lembar peta peran dan fungsi kepemudaan di negeri ini secara keseluruhan. Berupa setitik sumbang saran dan pemikiran FK KBPA Bandung Raya untuk seluruh aktifis alam terbuka di negeri ini.
Dengan resection kita tahu dimana posisi kita saat ini. Kemana tujuan kita berikutnya, hanya tinggal melakukan intersection. Tentukan koordinat, ambil sudut kompas, pastikan jalur tempuh, lalu melangkah tanpa keraguan demi menyongsong masa depan ….
Yat lessie.
Bikin gerah memang. Jika kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba, sudah jelas seperti apa. Lalu binatang apakah ?, mahluk semacam apa sang Pecinta Alam ini ?. Ambil buku panduan dari dep pendidikan, munculah definisi, Pecinta alam adalah … bla bla bla. Ambil buku dari orang kehutanan, muncul definisi bahwa PA adalah …bla bla bla ….. Semua mereka mencoba mendefinisikan apa itu PA, kecuali definisi dari para pegiatnya sendiri. Jadi muncullah keanehan bin kegamangan. Orang lain sibuk mendefinisikan PA, namun yang didefinisikan cuma ketar ketir, planga-plongo, cengengesan, ngangguk sana ngangguk sini persis burung beo… uuuh cape deh !!!.
Stop, rasanya kami para pecinta alam, bukan mahluk seperti semua gambaran diatas itu. Pecinta alam dituntut untuk lebih berani “keluar” seraya medefinisikan siapa diri yang sesungguhnya. Intinya harus ada keberanian untuk menarik “benang merah”, mana Pecinta Alam dan yang bukan. Harus ada pembeda yang jelas, antara Pecinta alam, dengan penikmat, petualang, pemerhati, perusak, pembalak, dan pe-pe-pe lainnya, yang sekedar mirip namun bukan mahluk yang sama
Pada kongres ke II, FK Keluarga Besar Pecinta Alam se Bandung Raya th 2002, anak-anak Bandung mulai melakukan “Resection”. Dalam peta aktifitas anak negeri, Pecinta Alam harus menentukan dimana letak “plot” nya, sesuai dengan kejelasan peran dan fungsinya. Tepatnya di komisi D, setelah berdiskusi dan berdebat alot berhari-hari, maka munculah definisi PA menurut PA sendiri, yang setidaknya diakui oleh para anggota FK KBPA BR sampai saat ini.
Definisi PA yang tersusun sbb :
“PECINTA ALAM ADALAH SEKELOMPOK MANUSIA, YANG BERTAKWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, TERDIDIK , BERTANGGUNG JAWAB, SERTA BERTUJUAN UNTUK MENJAGA DAN MEMELIHARA ALAM“
Penjelasan singkatnya sbb :
- SEKELOMPOK MANUSIA, Dalam pengertian tergabung dalam organisasi, sebuah kumpulan manusia yang mengacu pada kesamaan nilai. Artinya pecinta Alam bukan bersifat individual. Organisasi yang mengacu pada kriteria sistemik sebuah organisasi, seperti struktur dan fungsi, demikian pula adanya visi dan missi, serta kebutuhan AD dan ART nya. Sekalipun bisa saja bersifat minimum karena adanya keterbatasan. Dengan adanya organisasi, maka tindak tanduk seorang anggota lebih mudah untuk di evaluasi dan di koordinasikan, termasuk adanya sistem sangsi dan hukuman, ketika melanggar aturan organisasi. Organisasi PA pun, secara etis harus tunduk dan menginduk pada Kode Etik Pecinta Alam yang di bidani pada gladian IV di Makassar th 1974.
- BERTAKWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA. Konsep takwa bukan hanya dilihat dari menjauhi larangan Nya, dan melakukan perintah Nya, namun lebih jauh lagi pada konteks “senantiasa memelihara hubungan dengan Nya”. Artinya apapun yang kita lakukan, bukan mengacu pada sesuatu yang bersifat duniawi belaka, namun terlebih lagi sebagai ladang amal. Konsep semata karena Allah, keiklasan dan kepasrahan untuk bekal bagi kehidupan abadi kelak. Dari sisi ini pula, maka dalam setiap aspek “memelihara” hubungan, maka akan selalu dibutuhkan seperangkat keilmuan dan basis-basis ketrampilan tertentu. Seperti untuk memelihara bayi, maka dibutuhkan ilmu tentang bayi. Bahkan untuk memelihara perdamaian, sering dibutuhkan ilmu dan ketrampilan untuk berperang.
- TERDIDIK. Konsep memelihara dan adanya kebutuhan pembekalan keilmuan, dijabarkan dalam konsep pendidikan dan pelatihan, yaitu adanya program pelatihan dasar ( diklatdas) bagi Pecinta Alam. Pendidikan akan selalui menyertakan doktrin tentang sistem dan tata nilai (softskills). Sedangkan pelatihan merupakan ajang untuk mengasah ilmu dan ketrampilan ( hardskills ). Hal ini pula yang menjadi pembeda antara PA dengan kelompok lain yang mirip dengan PA, yaitu adanya sistem penerimaan anggota baru, dengan terlebih dahulu mengikuti diklatdas yang telah terprogram, dimana bekal nilai, ilmu serta ketrampilan diberikan.
- BERTANGGUNG-JAWAB. Cinta dan komitmen, Bertanggung jawab dalam pengertian yang paling mendasar adalah melakukan apa yang menjadi komitmennya, secara konsisten dan konsekwen. Dihubungkan dengan konsep cinta, yang setidaknya harus memiliki kualitas-kualitas : ketertarikan secara fisik-gairah-passion, adanya rasa intim – kedekatan –percaya, dan komitmen, atau siap bertanggung jawab serta rela berkorban dengan dengan seluruh resikonya, sebagai sebuah konsekwensi logis dari apa yang diyakininya.
- BERTUJUAN. Dalam hal ini organisasi dan individu anggotanya, terikat oleh sebuah tujuan bersama yaitu azas "memberi manfaat bagi sekitarnya", sesuai dengan konsep pemeranan serta fungsi dirinya. Pemeranan adalah sebuah tugas yang diamanahkan pihak lain pada kita. Sementara fungsi merupakan penjabaran dari jati diri. Sederhananya, peran adalah kita kata orang lain, sedangkan fungsi adalah kita menurut kita sendiri. Namun peran dan fungsi itu, senantiasa dalam koridor kode etik Pecinta Alam.
- MENJAGA. Menjaga lebih bersifat macho, dimana unsur kelelakian lebih didahulukan. Seperti menggunakan logika, objektif, empirisme serta daya analisa keilmuan. Menjaga juga lebih cenderung diluar objek yang dijaga. Seperti menjaga rumah dan kampung oleh ronda malam. Mereka berada diluar rumah, untuk menjaga yang berada didalam rumah.
- MEMELIHARA. Memelihara lebih ke pendekatan feminis, mengedepankan nuansa rasa subjektif, intuisi, nilai integratif, sintesa dan tentu saja ekologis. Memelihara lebih masuk kedalam objeknya sendiri, seraya merasakan langsung pengalaman realitasnya ( immersion atau ekspidensial learning ). Layaknya seorang ibu yang memelihara rumah dengan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rutin dirumah.
- ALAM. Alam saat ini lebih sering dipandang sebagai objek luar, sebuah habitat bagi mahluk hidup. Alam atau kosmos dalam berbagai tingkatannya, dari mikro ke makro sampai ke complex cosmos dilihat sebagai bagian inheren dari manusia sendiri. Dalam pengertian alam itu termasuk manusianya sendiri sebagai bagian integral, atau sub-domain dari domain raksasa alam semesta secara keseluruhan. Karena alam termasuk diri kita sendiri, maka mencintai alam haruslah mengambil modal dan model dari cinta diri, sebagai titik referensi awalnya. Sehingga tidaklah mungkin seseorang menjadi pecinta alam, jika dia sendiri tidak mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu. Cinta diri bukan mengasihani diri, sehingga cenderung menjadi cengeng. Namun sebuah kesadaran untuk terus memperbaiki diri, agar menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi sekelilingnya. Sebaliknya merusak alam, menjadi pertanda orang tadi menjadi fatalis, seraya menghancurkan dirinya secara perlahan lahan ( bentuk benci diri dibawah sadar).
Diatas, Sebuah gambaran singkat, tentang usaha dan ikhtiar bersama, guna menjelaskan tentang apa dan siapa kita, serta dimana kita berada saat ini, dalam lembar peta peran dan fungsi kepemudaan di negeri ini secara keseluruhan. Berupa setitik sumbang saran dan pemikiran FK KBPA Bandung Raya untuk seluruh aktifis alam terbuka di negeri ini.
Dengan resection kita tahu dimana posisi kita saat ini. Kemana tujuan kita berikutnya, hanya tinggal melakukan intersection. Tentukan koordinat, ambil sudut kompas, pastikan jalur tempuh, lalu melangkah tanpa keraguan demi menyongsong masa depan ….
Yat lessie.
Comments
Post a Comment