Nasi goreng malam ini sangat special sekali pisan, dibeli dengan
usaha.. Naik motor 20km pulang pergi, padahal bukan beli direstoran
berkelas ataupun ramai pembeli dengan mobil mahalnya.. Pedagang ini
berjualan dipinggiran selokan gang berbandrol Rp.8.000,- saja, rasanya
tidaklah istimewa juga buat orang-orang yang pernah beli direstoran atau
pernah mencicipi racikan dari chef terkenal.. Nasi goreng ini menjadi
special karena menyimpan cerita kenangan selama 4tahun lebih, disaat
masih tinggal dikost-kostan dikawasan suci (supratman-cicaheum) jadi
malam ini ingin merasakan sedikit cerita lama itu dan ingin sekali
mengulum senyum saat ingat waktu itu..
Sedikit mengakali pedagang yang juga tidak bodoh untuk diakali, mungkin hanya iba maka dia mau layanin bayar Rp.10.000,- supaya dapet porsi jumbo nasi goreng meskipun dengan 1telor buat hiasan atau penambah semangat menghabiskannya.. Berhutang sampe beberapa hari bayarnya, tekadang malu juga lewat roda jualannya klo belum bayar jadi ambil jalan memutar buat sampe ke tempat kost.. Tapi tetap setia dia melayani malah menambahkan krupuknya klo beli lagi disana.. hahahaaa.. Nasi goreng pedas tanpa bawang adalah menu andalan, terkadang divariasi tanpa kecap atau tanpa saos botolan ‘dari bahan dasar sisaan pasar’ supaya ada variasi rasa peningkat selera makan..
Ada peningkatan pembelian, satu bungkus nasi goreng, satu bungkus mie goreng/capcay goreng dengan bonus satu keping krupuk sekali beli selama 3tahun terakhirpun merupakan bagian dari kenangan yang ingin dirasakan malam ini.. Itupun membuat tersenyum saat diingat.. Terima kasih… Sebungkus nasi goreng inipun memiliki cerita baru pada malam ini, sambil menunggu ‘chef’ ini meracik pesanan penggemarnya, ada saja yang menarik untuk dilihat dan menarik perhatian..
Tanpa disadari kedatangan lelaki setengah baya lesu berbisik pada ‘chef’ “nasi goreng Rp.5.000,- saja” sedikit tercekat mendengarnya.. Tapi sang ‘chef’ tampak dingin seperti sudah biasa dengan penggemarnya yang seperti itu karena saking banyaknya.. “Ada air panas” tanya lelaki tersebut “gak ada, habis” jawab ‘chef’ terdengar ketus dirasa dengan logat bahasa jawa terkontaminasi sunda, tapi memang bener klo dilihat kompan stok airnya sudah posisi tertidur tanpa tutup.. Terpikir ‘kok gatau diri sih, udah beli dengan harga dibawah pasaran masih minta lebihnya’ tak lama “saya mau minum obat” ouw shit, kembali tercekat untuk kedua kalinya.. Dikucurin stok terakhir air dikompan buat merebus mie kedalam gelas, terasa dingin “ga apa-apa ya minum obat pake air dingin??” Tanyanya kembali.. “Nggak..” Singkat padat jelas.. ‘Sudahlah pa’ jangan bikin suntuk dan sewot sang ‘chef’ minum obat pake air dingin alami masih aman, asal gapake alkohol’ Selesai dibungkusnya nasi goreng dengan 2keping kerupuk, siap untuk disantap setelah menerjang dinginnya malam kota Bandung sepanjang 10km menuju rumah nanti..
Sengaja melewati gang arah tempat kost dulu ‘masih seperti yang dulu,tidak ada perubahan’ melewati kumpulan lelaki muda berjongkok berhadapan bersender pada tembok “permisi..” Sedikit menyapa untuk menghormati sembari mematikan lampu supaya terlihat lebih sopan.. ‘Anjing, permisif ga dihiraukan..klo ga permisif bakalan sewot mereka’ abaikan saja meskipun ngenes..
Beberapa puluh meter kemudian sekelompok lelaki muda & setengah baya masing-masing memanggul 2keranjang tanah menuju puing rumah yang lama belum selesai pembangunannya ‘masih ada saja rejeki Tuhan di jam 21.00 ini buat mereka yang mau berusaha’ sedikit memberi jalan buat mereka saat berpapasan mungkin lebih manusiawi dibanding mereka mengalah pada pengendara sepeda motor yang sudah kelaparan ingin menyantap nasi goreng..
Sesampainya diujung gang, jalan utama dengan padat dan cepatnya kendaraan menjadi pemandangan lain.. Menaikkan adrenalin ikut berpacu dengan cepat agar sampai rumah lebih cepat, tapi tetap saja harus menurunkan gas dan menginjak rem sedikit dalam, persimpangan gasibu didepan memberikan lampu merah jadi semua harus berhenti memberikan kesempatan dari arah berlawanan melintas..
Nampak lagi seorang lelaki muda lebih sangat muda dibanding kumpulan pemuda jongkok didalam gang, sangat muda sekali dibanding sekelompok lelaki pemanggul tanah untuk bangunan.. Seorang lelaki yang juga mengais rejeki dimalam hari yang dingin ini disimpang jalan dibawah tiang traffic light sambil tertunduk, menyodorkan gelas plastik berharap iba atau simpatik pengendara dengan ‘trik cacat’ kaki yang tidak sempurna (cacat disengaja dengan melipat kaki didalam celana jeans modifikai) sambil menghisap nikmat kaleng lem aibon dari balik bajunya ‘boro-boro merasa iba, terpikir untuk menendang jauh gelas itu’ hiraukan saja, pura-pura gak lihat lebih baik daripada memberi uang untuk dibelikan berkaleng-kaleng lem aibon.. ‘Lampu hijau,mari lanjut perjalanan tancap gas sesuka hati’ jalan pintas sedikit sepi menjadi pilihan supaya lebih cepat sampai..
Diujung jalan pintas melintas lelaki kecil umur belasan yang juga sedang menikmati lem aibon dari balik bajunya ‘masih ada aja orang tolol di era ini,serasa jaman taun 90an, gak enak banget mabok lem itu boys’ masa bodo lah, suka-suka kalian susah juga klo udah candu moga sehat-sehat aja tuh paru-paru.. Nasi goreng special ini keburu dingin, klo harus kampanye kesehatan malam ini.. Perempatan pajajaran dekat sebuah mall menandakan berhenti untuk jalur ini.. ‘Tak apalah karena disini, ada lelaki muda bercaping menjual kemampuan seninya meniup seruling bambu lengkap mini sound system’ cukup ternikmati meskipun tidak memberi kepingan ataupun lembaran uang karena saking seringnya melewati jalur ini.. Lampu hijau pertanda dapat melanjutkan perjalanan..
Akhirnya tiba juga dirumah,saatnya menikmati nasi goreng dengan kisah didalamnya, mengherankan kurang dari 2jam banyak bacaan untuk dipelajari sebagai bahan hidup klo satu hari nanti nasib tidak bersahabat, juga cerminan diri mau menjadi lelaki seperti apa nanti dan menjadikan apa anak lelaki kelak..
Untuk saat ini aku hanya akan menjadi lelaki yang tidak mengingkari janjinya.. karena aku adalah LELAKI..
Sedikit mengakali pedagang yang juga tidak bodoh untuk diakali, mungkin hanya iba maka dia mau layanin bayar Rp.10.000,- supaya dapet porsi jumbo nasi goreng meskipun dengan 1telor buat hiasan atau penambah semangat menghabiskannya.. Berhutang sampe beberapa hari bayarnya, tekadang malu juga lewat roda jualannya klo belum bayar jadi ambil jalan memutar buat sampe ke tempat kost.. Tapi tetap setia dia melayani malah menambahkan krupuknya klo beli lagi disana.. hahahaaa.. Nasi goreng pedas tanpa bawang adalah menu andalan, terkadang divariasi tanpa kecap atau tanpa saos botolan ‘dari bahan dasar sisaan pasar’ supaya ada variasi rasa peningkat selera makan..
Ada peningkatan pembelian, satu bungkus nasi goreng, satu bungkus mie goreng/capcay goreng dengan bonus satu keping krupuk sekali beli selama 3tahun terakhirpun merupakan bagian dari kenangan yang ingin dirasakan malam ini.. Itupun membuat tersenyum saat diingat.. Terima kasih… Sebungkus nasi goreng inipun memiliki cerita baru pada malam ini, sambil menunggu ‘chef’ ini meracik pesanan penggemarnya, ada saja yang menarik untuk dilihat dan menarik perhatian..
Tanpa disadari kedatangan lelaki setengah baya lesu berbisik pada ‘chef’ “nasi goreng Rp.5.000,- saja” sedikit tercekat mendengarnya.. Tapi sang ‘chef’ tampak dingin seperti sudah biasa dengan penggemarnya yang seperti itu karena saking banyaknya.. “Ada air panas” tanya lelaki tersebut “gak ada, habis” jawab ‘chef’ terdengar ketus dirasa dengan logat bahasa jawa terkontaminasi sunda, tapi memang bener klo dilihat kompan stok airnya sudah posisi tertidur tanpa tutup.. Terpikir ‘kok gatau diri sih, udah beli dengan harga dibawah pasaran masih minta lebihnya’ tak lama “saya mau minum obat” ouw shit, kembali tercekat untuk kedua kalinya.. Dikucurin stok terakhir air dikompan buat merebus mie kedalam gelas, terasa dingin “ga apa-apa ya minum obat pake air dingin??” Tanyanya kembali.. “Nggak..” Singkat padat jelas.. ‘Sudahlah pa’ jangan bikin suntuk dan sewot sang ‘chef’ minum obat pake air dingin alami masih aman, asal gapake alkohol’ Selesai dibungkusnya nasi goreng dengan 2keping kerupuk, siap untuk disantap setelah menerjang dinginnya malam kota Bandung sepanjang 10km menuju rumah nanti..
Sengaja melewati gang arah tempat kost dulu ‘masih seperti yang dulu,tidak ada perubahan’ melewati kumpulan lelaki muda berjongkok berhadapan bersender pada tembok “permisi..” Sedikit menyapa untuk menghormati sembari mematikan lampu supaya terlihat lebih sopan.. ‘Anjing, permisif ga dihiraukan..klo ga permisif bakalan sewot mereka’ abaikan saja meskipun ngenes..
Beberapa puluh meter kemudian sekelompok lelaki muda & setengah baya masing-masing memanggul 2keranjang tanah menuju puing rumah yang lama belum selesai pembangunannya ‘masih ada saja rejeki Tuhan di jam 21.00 ini buat mereka yang mau berusaha’ sedikit memberi jalan buat mereka saat berpapasan mungkin lebih manusiawi dibanding mereka mengalah pada pengendara sepeda motor yang sudah kelaparan ingin menyantap nasi goreng..
Sesampainya diujung gang, jalan utama dengan padat dan cepatnya kendaraan menjadi pemandangan lain.. Menaikkan adrenalin ikut berpacu dengan cepat agar sampai rumah lebih cepat, tapi tetap saja harus menurunkan gas dan menginjak rem sedikit dalam, persimpangan gasibu didepan memberikan lampu merah jadi semua harus berhenti memberikan kesempatan dari arah berlawanan melintas..
Nampak lagi seorang lelaki muda lebih sangat muda dibanding kumpulan pemuda jongkok didalam gang, sangat muda sekali dibanding sekelompok lelaki pemanggul tanah untuk bangunan.. Seorang lelaki yang juga mengais rejeki dimalam hari yang dingin ini disimpang jalan dibawah tiang traffic light sambil tertunduk, menyodorkan gelas plastik berharap iba atau simpatik pengendara dengan ‘trik cacat’ kaki yang tidak sempurna (cacat disengaja dengan melipat kaki didalam celana jeans modifikai) sambil menghisap nikmat kaleng lem aibon dari balik bajunya ‘boro-boro merasa iba, terpikir untuk menendang jauh gelas itu’ hiraukan saja, pura-pura gak lihat lebih baik daripada memberi uang untuk dibelikan berkaleng-kaleng lem aibon.. ‘Lampu hijau,mari lanjut perjalanan tancap gas sesuka hati’ jalan pintas sedikit sepi menjadi pilihan supaya lebih cepat sampai..
Diujung jalan pintas melintas lelaki kecil umur belasan yang juga sedang menikmati lem aibon dari balik bajunya ‘masih ada aja orang tolol di era ini,serasa jaman taun 90an, gak enak banget mabok lem itu boys’ masa bodo lah, suka-suka kalian susah juga klo udah candu moga sehat-sehat aja tuh paru-paru.. Nasi goreng special ini keburu dingin, klo harus kampanye kesehatan malam ini.. Perempatan pajajaran dekat sebuah mall menandakan berhenti untuk jalur ini.. ‘Tak apalah karena disini, ada lelaki muda bercaping menjual kemampuan seninya meniup seruling bambu lengkap mini sound system’ cukup ternikmati meskipun tidak memberi kepingan ataupun lembaran uang karena saking seringnya melewati jalur ini.. Lampu hijau pertanda dapat melanjutkan perjalanan..
Akhirnya tiba juga dirumah,saatnya menikmati nasi goreng dengan kisah didalamnya, mengherankan kurang dari 2jam banyak bacaan untuk dipelajari sebagai bahan hidup klo satu hari nanti nasib tidak bersahabat, juga cerminan diri mau menjadi lelaki seperti apa nanti dan menjadikan apa anak lelaki kelak..
Untuk saat ini aku hanya akan menjadi lelaki yang tidak mengingkari janjinya.. karena aku adalah LELAKI..
Comments
Post a Comment