Skip to main content

SUNGGUH …. TIDAK MUDAH MENJADI JUNIOR NAMUN LEBIH TIDAK MUDAH LAGI MENJADI SENIOR

( Sebuah kilas balik )

Saya bukan siapa siapa, dan juga bukan apa apa. Hanya seorang lelaki biasa, yang selama 42 tahun berkecimpung di dunia pegiat alam bebas. Sejak di SMA kelas 2, di umur 17 thn, tepat di tahun 1971, memutuskan untuk memasuki kelompok pendaki gunung di Cimahi.

Tidak mudah untuk menjadi anggota kelompok Pecinta alam pendaki gunung saat itu. Umur organisasi yang baru genap 2 th ( berdiri sejak th 1969 ), belum ada yg cukup mampu untuk dijadikan instruktur beneran, sehingga kami melirik pada RPKAD ( sekarang Kopassus) grup 3 di Batujajar, untuk melatih kami. Jadilah saya dan teman2 seangkatan dilatih tentara elit itu, di tebing tebing citatah, hutan gn Burangrang, sampai ke barak situ lembang. Gunung hutan selama 2 minggu penuh, dan 5 hari terahir melakukan longmarch dalam kondisi survival sepenuhnya.

Saat itu sudah berlalu, seiring waktu angkatan kami semakin dewasa dalam jam terbang. Gantian tugas sebagai instruktur dalam pendidikan dan pelatihan dasar ( Diklatdas ) menjadi tanggung jawab kami sepenuhnya. Siswa siswi baru bergantian datang angkatan demi angkatan. Sebagai anggota muda di awal, dan merekapun berproses menjadi dewasa dalam pengembaraan maupun operasi-operasi SAR yang kami lakukan.

Sejak awal, perintah komando kami bukan lagi jenis kalimat perintah seperti “tuan tuan push up 2 seri” (1 seri 10 kali), tapi “tuan-tuan ikuti saya !”, instruktur mengambil posisi lalu push-up 20 kali bersama sama dengan siswa. Begitu pula saat senam para, tangan kesamping lalu kipas-kipaskan spt sayap burung keatas kebawah sebanyak 1000 kali. Senam kipam didalam air selama 30 menit, merayap, lari pagi, apapun, kata komandonya sama “tuan-tuan ikuti saya !”.

Artinya bukan hanya siswa, namun instruktur lah yg harus selalu memberi contoh dan keteladanan. Saat siswa terlambat masuk kelas, instruktur bersama siswa yg telat push up 20 kali. Jika kemudian muncul lagi siswa lain yg telat, sama dihukum bersama push up 20 kali, jika muncul yg ketiga, keempat, dst. Setiap siswa yg telat hanya push up 20 kali, namun instruktur bisa push up 40 sampai 100 kali membarengi mereka.

Ketika kami melatih free-climbing di tebing 48 m di citatah. Di jaman itu artificial climbing belum populer karena terbatasnya sarana. Para siswa bergelayutan di tebing, semua tegang berdebar, namun yg paling tegang justru sang instruktur. Pernah pada sebuah angkatan, saat siswa masih di tebing, hujan tiba tiba turun, bersukur tak terjadi kecelakaan apapun. Saat latihan ini selesai wajah yang paling lega adalah sang instruktur.

Para siswa lulus dari pendidikan dasar, dan dilanjutkan pada tugas pengembaraan, untuk mendapatkan nomor induk anggota. Mereka dilepas dari sekretariat untuk memulai perjalanan yang telah dirancang jadwalnya. Hari demi hari menunggu berita dari para junior ini. Apakah mereka selamat ?, apakah mereka menghadapi hambatan diperjalanan ?, apakah mereka tersesat saat pulang atau turun gunung ?. Waktu itu komunikasi belum seperti sekarang, bahkan telp rumah pun masih merupakan kemewahan. Maka penantian itu betul betul menguras mental dan emosi.

Sering sekelebat muncul pikiran buruk, jangan jangan para junior ini tersesat di perjalanan dan masuk ke lembah. Lalu kehabisan makanan, sehingga terpaksa survival. Namun jika mereka dalam kondisi basah, maka dengan mudah hipotermia menyergap mereka. Jika gigilan mereka hilang, lalu tertidur…. Habislah sudah, mereka akan kembali terbungkus dalam kantung-kantung mayat.

Jika situasi yang terburuk itu terjadi, kalimat tanya yang pertama kali keluar adalah “ apakah aku telah cukup melatih dan mendidik mereka ?”. Pertanyaan yang terus menerus menggedor di kepala, bertalu talu menyakitkan. Pernahkah rasa kasihanku saat latihan membuat mereka lalai dalam belajar dan berlatih ?. Apakah metodaku terlampau lembek, sehingga mereka menganggap enteng pelajaran tentang cara bertahan hidup ?. Jika “ya” lalu bagaimana pertanggung-jawabanku dalam pengadilan di akhirat kelak ?.

Mereka bisa terbunuh di alam sana, bukan karena kesalahan mereka, tapi akibat rasa “kasihan”. Rasa kasihan sang instruktur yang tidak proporsionalah pembunuhnya. Menolak berkeringat saat berlatih, namun menyebabkan berdarah-darah dalam pengembaraan sebenarnya. Apalagi berujung pada tragedi kematian. Memang kematian merupakan takdir Illahiah, Namun tanyalah pada setiap instruktur, sebuah pertanyaan yang paling esensiel, bagaimana jika ada junior yang mati saat pengembaraan, hanya karena mereka tidak cukup keras dalam berlatih ?. Hanya karena sang instruktur takut di cap melakukan “penganiayaan” pada siswa. Padahal tahu persis bahaya dan resiko yang akan dihadapi sang junior, saat melakukan pengembaraan pertama dan pengembaraan-pengembaraan berikutnya di alam bebas.

Ketika para junior kembali dari pengembaraan, saat sidang usai dilakukan, saat syal dan nomor induk anggota diberikan. Mata junior dan sang instruktur berkaca kaca, seraya berpelukan dalam tangis bahagia. Selamat datang adik-adikku. Sang Junior paham, “penganiayaan” yang dialaminya dulu, membuat mereka menjadi tangguh dan siaga. Membuat mereka paham, bahwa berkeringat bahkan kadang berdarah-darah saat menjadi siswa, menjadi bekal berguna ketika berhadapan dengan tantangan alam yang sesungguhnya.

Bahwa kerasnya hardikan, kerasnya tamparan, ribuan push up, sit up, squat jump, merupakan bukti “kasih”, agar dalam setiap pengembaraan, mereka masih mampu kembali pulang ke keluarganya masing.
….. Agar mereka pulang tidak dalam bungkusan kantung mayat..!!!.

Para Junior perlahan tumbuh, berganti menjadi senior dan instruktur instruktur baru untuk angkatan adik adik mereka. Perasaan ketegangan, kegalauan yang pernah dirasakan oleh para senior dulu, kini juga mereka rasakan. Betapa berat memikul arti “pertanggung-jawaban”.
Lantas kesadaran itu muncul. Dulu mereka berfikir betapa sulitnya untuk menjadi junior, yang habis disuruh suruh dan di bentak bentak. Namun mereka kini maphum, betapa lebih tidak mudah lagi menjadi seorang senior dan instruktur. Hanya karena seorang instruktur harus mempertanggung-jawabkan semuanya di yaumil akhir, tepat didepan sang Khalik kelak. Apakah yang diajarkannya pada para siswa, akan membawa berkah manfaat atau bahkan sebuah musibah ?.

Sebuah musibah, hanya karena sang instruktur mengumbar rasa kasihan yang tidak pada tempatnya, sehingga berujung pada kedukaan …..

Dan juga mudah mudahan
bukan ketika para instruktur mulai melupakan,
bahwa perintah komando yang paling mujarab adalah
…. Tuan tuan , ikuti saya !

Yat lessie

Comments

  1. Seperti Pendidikan Dasar Wanadri ya kang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pendidikam semua organisasi pecinta alam di Indonesia..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jack Wolfskin Denali Original VS Jack Wolfskin Denali Ori made In Vietnam..

Catatan :: Aku menulis bukan karena iri dan menjatuhkan penjual produk ini, tulisan ini hanya mencoba mengedukasi pembeli untuk tahu membedakan original otentik dengan original "seadanya".. Tidak ada alasan untuk iri karena tidak punya barang dengan menulis ini, Aku sanggup memasukkan barang original "seadanya" lebih banyak dibanding penjual yang ada dan tidak bermaksud sombong, tetapi karena AKU ANGKUH.. Makin banyaknya peredaran barang import yang masuk ke Indonesia menjadikan nuansa baru bagi penggiat kegiatan ruang terbuka.. Dengan alasan kenyamanan dan gengsi menjadi alasan utama bagi penggunanya, dan ini dijadikan pasar yang baik bagi para penjual produk kegiatan ruang terbuka.. Hal ini tidak terlepas dari peran serta dunia maya untuk menghubungkan pemilik barang dan pengguna barang tersebut.. Adapun komponen lain dalam pengadaan barang-barang tersebut adalah 'supplier' baik penyuplai dengan berburu barang diskon diweb-web penjual barang ruan

Murahnya Harga Osprey Talon 33 edisi 2012-2013..

Semoga tulisan tentang Jack Wolfskin Denali kemarin ada sebuah manfaat buat kawan-kawan yang merindukan sebuah barang yang kenyamanannya sesuai dengan dana yang dikeluarkan setelah lelah menabung dan menyimpannya dengan apik dicelengan ayam.. Sekarang si Angkuh ini ingin berbagi lagi.. Sebuah merk favorit bagi penggiat ruang terbuka dengan nama Osprey, menamai produknya dengan type Talon 33 harus sedikit diberi perhatian lebih peredarannya.. Kenapa?? karena suplai barang tersebut beredar dipasaran Indonesia melalui jalur dunia maya yang menghubungkan pemilik barang dengan peminat barang tersebut dan ditawarkan dengan harga dibawah harga pasaran " Black Market" saat ini (harga pasar malam/Black Market sudah murah dibanding harga resmi, terus ada yang pasang harga dibawah harga pasar malam?? *heran*).. Pasti kawan-kawan sudah mengantisipasi hal itu dengan menanyakan status barang tersebut original otentik, atau original made in vietnam (lagi), dan lagi-lagi jawaban pemili

Setelah Visa Schengen Ditolak, Ngapain??

Visa Schengen ditolak?? Jangan dibiarin dan dianggap hal biasa daripada nanti mau urus visa Schengen lewat negara lain malah lebih berabe dan ribet. Seperti pengalaman yang gw alamin sewaktu ngajuin visa Schengen melalui negara Swiss tahun 2016 lalu, waktu itu ditolak dengan alasan seperti pada foto gw posting ini.. Sekarang 2018 gw ajuin visa Schengen lagi lewat kedutaan Perancis, ternyata penolakan dari kedutaan Swiss seperti dosa turunan buat tolak lagi visa Schengen gw ini. Sebulan urus visa lewat kedutaan Perancis, padahal kedutaan ini digadang-gadang termasuk salah satu kedutaan paling mudah dan cepat untuk mengeluarkan visa Schengen maka jadi andalan para pengguna passport hijau Indonesia buat wisata ke Eropa. Nyaris visa gw ditolak kedua kalinya masuk negara Eropa melalui kedutaan Perancis, beruntungnya kedekatan personal dengan pemilik agen tour jadi masih mau terus diupayakan visa Schengen melalui kedutaaan Perancis gw supaya bisa nembus. Bikin visa Schengen sebena