Pagi, dapat link berita >> tentang terjadinya peristiwa amoral di hunian komunal << yang menimpa seorang anak penyintas, padahal tempat seperti ini harapan bagi penyintas dapat memberikan perlindungan walaupun bersifat sementara.. Kejadian yang berasal dari efek lain hunian komunal, karena orang tua menjadi kurang kontrol terhadap anak-anaknya sendiri yang merasa sudah ada yang memperhatikan..
Setiap terjadi bencana dapat dipastikan ada yang dinamakan penyintas, disebut bencana karena menimbulkan adanya kerugian, kesusahan atau penderitaan (menurut KBBI).. Tidak disebut bencana bila terjadi di kawasan tanpa penghuni, misal "Anak Gunung Krakatau Meletus" tapi tidak ada penghuni jadi tidak disebut bencana.. "Gunung Soputan Mengeluarkan Debu Vulkanik Setinggi 4000m" tidak menimbulkan penderitaan, tidak disebut bencana.. Hanya disebut gejala perubahan alam saja..
Bencana terjadi, maka penyintas ada..
Penanganan bencana sangat banyak sektor yang perlu diperhatikan karena sistem kehidupan dan penghidupan berubah (sementara).. Hilang atau rusaknya penghidupan bisa dipastikan kehidupan tidak berjalan seperti biasanya.. Hilang hunian (tempat tinggal), kehidupan berubah..
Mengenai hunian menjadi perhatian utama gw saat terjadi bencana, tempat berlindung dari cuaca, tempat untuk diskusi kecil antar keluarga, tempat untuk yang bersifat pribadi, tempat untuk saling kontrol dan memperhatikan antar keluarga..
Ideal hunian saat bencana bagi penyintas sama seperti hunian sebelum terjadi bencana, satu kepala keluarga menempati satu hunian bersama keluarganya.. Bukan satu hunian digunakan bersama dengan keluarga lainnya, disebut hunian komunal..
Hunian komunal artinya satu hunian digunakan bersama keluarga lainnya, lalu yang sering terjadi para ibu lebih sibuk berbincang keluh dan kesah dengan ibu lainnya, para bapak sibuk meratap berjamaah, para anak diasuh pendampingnya bermain supaya sembuh dari trauma meskipun belum tentu anaknya trauma..
Sampai kapan mereka bisa bertahan?? Sampai donatur sudah habis dana untuk didonasikan, sampai donatur CSR sudah tercapai misi visibillity.. Lalu bagaimana nasib penyintas setelah mereka pergi?? Ya harus menata hidupnya sendiri supaya bisa kembali seperti semula..
Satu hunian untuk satu keluarga penyintas, usaha gw untuk percepatan pemulihan kehidupan penyintas.. Supaya mereka bisa menyusun rencana hari esok yang harus dikerjakan terlebih dahulu.. Bapak yang akan berusaha mencari untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ibu yang akan sibuk menyajikan kebutuhan untuk keluarganya, anak yang bermain dengan pengawasan keluarganya..
Lombok yang menjadi percontohan program #1KK1Huntara kemudian coba dibawa ke Sulawesi Tengah tempat terjadinya bencana Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi dengan nama program #PelukEratSulawesi penggalangan donasi dan pelaporan program melalui akun media sosialbyang dapat dipantau setiap waktu pergerakannya..
Setiap terjadi bencana dapat dipastikan ada yang dinamakan penyintas, disebut bencana karena menimbulkan adanya kerugian, kesusahan atau penderitaan (menurut KBBI).. Tidak disebut bencana bila terjadi di kawasan tanpa penghuni, misal "Anak Gunung Krakatau Meletus" tapi tidak ada penghuni jadi tidak disebut bencana.. "Gunung Soputan Mengeluarkan Debu Vulkanik Setinggi 4000m" tidak menimbulkan penderitaan, tidak disebut bencana.. Hanya disebut gejala perubahan alam saja..
Bencana terjadi, maka penyintas ada..
Penanganan bencana sangat banyak sektor yang perlu diperhatikan karena sistem kehidupan dan penghidupan berubah (sementara).. Hilang atau rusaknya penghidupan bisa dipastikan kehidupan tidak berjalan seperti biasanya.. Hilang hunian (tempat tinggal), kehidupan berubah..
Mengenai hunian menjadi perhatian utama gw saat terjadi bencana, tempat berlindung dari cuaca, tempat untuk diskusi kecil antar keluarga, tempat untuk yang bersifat pribadi, tempat untuk saling kontrol dan memperhatikan antar keluarga..
Ideal hunian saat bencana bagi penyintas sama seperti hunian sebelum terjadi bencana, satu kepala keluarga menempati satu hunian bersama keluarganya.. Bukan satu hunian digunakan bersama dengan keluarga lainnya, disebut hunian komunal..
Hunian komunal artinya satu hunian digunakan bersama keluarga lainnya, lalu yang sering terjadi para ibu lebih sibuk berbincang keluh dan kesah dengan ibu lainnya, para bapak sibuk meratap berjamaah, para anak diasuh pendampingnya bermain supaya sembuh dari trauma meskipun belum tentu anaknya trauma..
Sampai kapan mereka bisa bertahan?? Sampai donatur sudah habis dana untuk didonasikan, sampai donatur CSR sudah tercapai misi visibillity.. Lalu bagaimana nasib penyintas setelah mereka pergi?? Ya harus menata hidupnya sendiri supaya bisa kembali seperti semula..
Satu hunian untuk satu keluarga penyintas, usaha gw untuk percepatan pemulihan kehidupan penyintas.. Supaya mereka bisa menyusun rencana hari esok yang harus dikerjakan terlebih dahulu.. Bapak yang akan berusaha mencari untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ibu yang akan sibuk menyajikan kebutuhan untuk keluarganya, anak yang bermain dengan pengawasan keluarganya..
Lombok yang menjadi percontohan program #1KK1Huntara kemudian coba dibawa ke Sulawesi Tengah tempat terjadinya bencana Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi dengan nama program #PelukEratSulawesi penggalangan donasi dan pelaporan program melalui akun media sosialbyang dapat dipantau setiap waktu pergerakannya..
Comments
Post a Comment